Rabu, 11 Maret 2015

Semangat Papua ...!!!



Kehidupan Budaya Papua


Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea.


1. Budaya Tari-Tarian

Masyarakat pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo.

2. Budaya Perkawinan
Perkawinan merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. dengan demikian masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah pegunungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan. dalam pertukaran perkawinan yang di tetapkan orangtua dari pihak laki-laki berhak membayar mas kawin seebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita tersebut.
“Kehidupan dan Kebudayaan Suku Asmat ’’



Di Indonesia bagian Timur, tepatnya di Papua, ada sebuah suku yang hasil ukirannya sangat unik dan terkenal di bagian Indonesia lainnya, termasuk bagian bumi di luar Indonesia.Suku yang dimaksud ialah Suku Asmat.
  • Kehidupan Sosial dan Ekonomi Suku Asmat

    Satu kampung diisi sekitar 35 jiwa sampai 2000 jiwa. Mereka tinggal di Rumah Bujang dan rumah keluarga. Rumah Bujang biasa dipakai untuk kegiatan upacara adat atau upacara keagamaan. Adapun, rumah keluarga dihuni oleh beberapa keluarga dan digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
  • Kebudayaan Suku AsmatUkiran patung Suku Asmat berkaitan dengan kepercayaan mereka. Ukiran merupakan penghubung mereka yang saat ini masih hidup dengan leluhur. Mereka mempresentasikan roh-roh para leluhur ke dalam ukiran-ukiran di tiang kayu, tameng, atau perahu. Patung yang terkenal dan dianggap paling sakral adalah patung bis (bioskokombi).
 
Mari kita bangun Papua menjadi lebih baik…!!!
JAKARTA, SUARAPAPUA.com --- Ribuan mahasiswa Papua, yang menamakan diri Forum Pembela Keadilan untuk Tanah Papua, Rabu (4/2/2015) siang, melakukan aksi demonstrasi damai di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), menuntut PT. Freeport Indonesia ditutup.

Juru Bicara aksi, Wenaz Kobogau, kepada suarapapua.com, mengatakan, aksi yang digelar mahasiswa Papua dari berbagai kota studi di Jawa dan Bali bertujuan untuk menuntut pemerintah Indonesia menutup PT. Freeport Indonesia dan sejumlah perusahaan asing di tanah Papua.

“Kami intinya menuntut Freeport dan sejumlah perusahaan asing yang ada di tanah Papua ditutup, karena tidak memberikan manfaat untuk orang Papua selama ini,” ujar Wenaz. (Baca: Gubernur Papua Ancam Usir Freeport Jika Tetap Bangun Smelter di Gresik).

Menurut Wenaz, selama ini kehadiran Freeport dan sejumlah perusahaan asing hanya menimbulkan konflik di tengah masyarakat, termasuk harus terus berhadapan dengan kekuataan aparat keamanan yang paling sering melakukan pelanggaran HAM.

“Karena itu kami minta Freeport ditutup, aparat TNI dan Polri juga harus ditarik dari Papua, pemerintah bisa selenggarakan Referendum untuk hak penentuan nasib sendiri bagi bangsa Papua Barat,” kata Wenaz. (Baca: Gubernur Papua: Freeport Silakan Angkat Kaki dari Papua!).

Lanjut mahasiswa dari Kota Studi Bandung ini, massa mendatangi kantor DPR RI untuk menuntut Komisi VII DPR RI yang membidangi pertambangan untuk membatalkan ijin Freeport Indonesia di tanah Papua.

“Kami tidak minta pembangunan Smelter, tapi kami minta berikan hak menentukan nasib sendiri untuk rakyat Papua, dan memang Freeport harus ditutup,” tegas Wenaz.

kebaya modern



Kebaya

Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni.
 




Sejarah
Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Ada pendapat yang menyatakan kebaya berasal dari China. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat. Namun ada juga pendapat bahwa kebaya memang asli dari Indonesia. Karena pakaian asli China adalah Cheongsam yang berbeda dari kebaya. Bentuk paling awal dari kebaya berasal dari istana Majapahit sebagai sarana untuk memadukan perempuan Kemban yang ada, tubuh bungkus dari perempuan aristokrat menjadi lebih sederhana dan dapat diterima oleh yang baru memeluk agama Islam. Aceh, Riau dan Johor dan Sumatera Utara mengadopsi gaya kebaya Jawa sebagai sarana ekspresi sosial status dengan penguasa Jawa yang lebih alus atau halus. Nama kebaya sebagai pakaian tertentu telah dicatat oleh Portugal saat mendarat di Jawa. Kebaya Jawa seperti yang ada sekarang telah dicatat oleh Thomas Stamford Bingley Raffles di 1817, sebagai sutra, brokat dan beludru, dengan pembukaan pusat dari blus diikat oleh bros, bukan tombol dan tombol-lubang di atas batang tubuh bungkus kemben, yang kain (dan pisahkan bungkus kain beberapa meter panjang keliru diberi istilah 'sarung di Inggris (sarung (aksen Malaysia: sarung) dijahit untuk membentuk tabung, seperti pakaian Barat).
Variasi Kebaya
Sekitar tahun 1500-1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan Jawa. Kebaya juga menjadi pakaian yang dikenakan keluarga Kesultanan Cirebon, Kesultanan Mataram dan penerusnya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni. Pakaian yang mirip yang disebut "nyonya kebaya" diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Melaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut "kasut manek". Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia. Variasi kebaya yang lain juga digunakan keturunan Tionghoa Indonesia di Cirebon, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban dan Surabaya.
Kebaya dan Politik
Penggunaan kebaya juga memainkan peran politik yang cukup penting. Kebaya telah dinyatakan sebagai busana nasional Indonesia meskipun ada kritik bahwa kebaya hanya digunakan secara luas di Jawa dan Bali. Kebaya sebenarnya juga ditemukan di Sumatera, Sulawesi dan NTT dengan corak daerah. Tokoh politik seperti Kartini memakai kebaya. Dan peringatan hari Kartini dilakukan dengan menggunakan kebaya. Para istri Presiden RI mulai dari Soekarno dan Soeharto menggunakan kebaya di berbagai kesempatan.
Penggunaan Kebaya Masa Kini
Kebaya di masa sekarang telah mengalami berbagai perubahan desain. Kebaya digunakan sebagai seragam resmi pramugari Singapore Airlines, Malaysia Airlines dan Garuda Indonesia. Sejumlah perancang yang turut menciptakan desain baru kebaya diantaranya adalah Anne Avantie dan Adjie Notonegoro.